2. Penanganan Quality Qontrol Perusahaan Tempat PI
Daging
merupakan bahan baku utama pembuatan sosis. Apabila kualitas bahan baku
utamanya bagus maka kualitas produk jadinya pun akan bagus. Begitu pula
sebaliknya apabila kualitas daging rendah maka kualitas produknya akan rendah
pula. PT. KEMFOOD telah menentukan persyaratan yang harus dipenuhi supplier .
Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh supplier
antara lain:
1.
Daging harus berasal dari rumah pemotongan hewan (RPH) pemerintah atau
RPH lain yang telah mendapat ijin dari pemerintah yang dibuktikan dengan adanya
cap pada kemasan daging yang menyatakan bahwa daging berasal dari hewan yang
sehat dan layak potong.
2.
Daging harus bersih
dari tulang, bulu, kulit, debu, darah beku dan kotoran.
3.
Daging segar, tidak memar dan tidak rusak.
4.
Warna daging merah cerah, aroma khas daging.
5.
Lengkap dengan potongan daging yang sesuai dengan standar pemotongan
yang telah ditetapkan.
6.
Kemasan asli, rapi,
utuh dan masih tersegel.
7.
Expired date tidak
boleh lebih dari setengah umur produk.
8.
Mendapat sertifikat halal, COA (Certificate
of Analysist) dan dilengkapi dengan spesifikasi produk.
9.
Dilakukan pengecekan kadar lemak metode Hobart.
Blanko
laporan penerimaan daging sapi oleh bagian QC dapat dilihat pada lampiran 10.
Pengawasan Mutu Bahan Bantu
Pengawasan yang dilakukan pada bahan bantu diantaranya :
1. Warna dan bau tidak menyimpang.
2.
Bahan harus bersih dari
kotoran dan terjamin kemurniannya.
3. Komposisi bahan sesuai standar.
4. Tidak rusak
5.
Mendapat sertifikat halal, COA (Certificate
of Analysist) dan dilengkapi dengan spesifikasi produk.
Pengawasan
yang dilakukan pada bahan pengemas diantaranya kebocoran kemasan, kebersihan
dan kelengkapan kemasan seperti nama produk, tanggal kadaluarsa, berat isi,
serta kode produksi (barcode).
Pengawasan Mutu Selama Proses Produksi
Pengawasan mutu selama proses produksi harus dilakukan karena akan sangat
berpengaruh terhadap produk akhir. Adapun pengawasan mutu selama proses
produksi meliputi :
1. Thawing
Pengawasan
yang dilakukan pada saat thawing adalah suhu ruangan thawing yaitu 26º C dan suhu akhir yang tidak boleh lebih dari 10º
C dengan pH 5,3 – 6,0. Selain itu pada saat thawing
karton pengemas daging tidak dibuka secara keseluruhan karena rentan akan
kontaminasi mikroba. Thawing
dilakukan di atas meja yang bersih dalam ruangan tertutup.
2. Trimming
Pengawasan
yang dilakukan pada saat trimming
antara lain pengecekan bahwa daging benar-benar terpisah dari bagian-bagian
yang tidak diperlukan seperti urat, darah beku, tulang, bulu dan terbebas dari
kontaminasi benda asing yang meliputi bahaya fisik seperti adanya plastik,
kertas karton dan bahaya biologis yaitu lalat dan mikroorganisme. Monitoring
dilakukan tiap proses dengan cara visual. Bila terdapat bahaya-bahaya tersebut
maka segera disortir.
3. Mincing
Pengawasan
selama proses mincing meliputi
pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan, Selain itu, dilakukan pengawasan
terhadap saringan yang digunakan yaitu saringan harus bersih dan ukuran yang
dipasang harus tepat sesuai hasil yang diinginkan. Pada sosis diameter saringan
akhir adalah 3 mm. Daging giling harus terbebas dari kemungkinan terkontaminasi
oleh benda asing berupa plastic, logam, tulang, kulit, kertas ataupun kayu.
Monitoring dilakukan tiap proses dengan cara visual. Bila terdapat benda asing
maka segera disortir.
4. Curing
Pada
saat curing pengawasan yang dilakukan
meliputi penambahan NPS (Nitrit Pocalt
Salt) harus tepat sesuai standar, pengecekan suhu ruangan, bila suhu tidak
tepat maka akan menghambat proses curing.
5. Cutting-mixing
Selama
proses ini yang harus diperhatikan adalah tahapan pencampuran, lama
pencampuran, suhu adonan dan pH. Apabila pada proses pencampuran ini terlalu
lama maka akan mengakibatkan “overchopping”
yaitu pecahnya partikel lemak sehingga tidak dapat diikat oleh protein yang
ada. Suhu yang terlalu tinggi membuat protein terdenaturasi. Bahaya yang
mungkin timbul adalah bahaya biologi berupa lalat, mikroorganisme. Monitoring
yang dilakukan adalah dengan pengecekan pH, suhu, memastikan pintu dan strip curtain tertutup sempurna.
Frekuensi monitoring adalah setiap dilakukan proses pencampuran. Adapun hasil
akhir proses pencampuran ini adalah adonannya halus, merata dan homogen, tidak
terdapat benda asing, waktu proses 10 menit dan apabila ditambah rework dimasukkan pada awal proses.
Selain
pengawasan terhadap proses pencampuran, pengawasan juga dilakukan pada saat
pembuatan emulsi yang meliputi waktu proses 7-8 menit, tidak terdapat benda
asing dalam adonan, adonan tidak encer atau pecah, dan adonan emulsi harus
merata dan homogen.
6. Filling
Selama
proses pengisian ke dalam selongsong perlu diperhatikan terhadap suhu adonan,
tekanan udara di dalam selongsong yang berisi adonan,panjang sosis, gramatur
maupun jenis selongsong yang akan digunakan. Pengawasan mutu terhadap standar
panjang dilakukan dengan pengukuran secara acak sedangkan pengawasan mutu
terhadap standar berat dilakukan dengan cara menimbang beberapa hasil
pengecekan secara acak. Pengawasan mutu terhadap jenis selongsong meliputi
selongsong harus tahan terhadap suhu tinggi, tidak bereaksi dengan adonan,
mempunyai ukuran yang seragam dan terbuat dari bahan yang baik serta bebas dari
bakteri dan jamur.
7. Pemasakan
Selama
proses pemasakan yang perlu diperhatikan adalah tahapan pemasakan yang
dilakukan, warna produk yang terbentuk, suhu dan lama pemasakan, kelembaban
dalam mesin pemanas serta suhu core dari produk. Proses pengeringan yang tidak
sempurna menyebabkan warna produk yang tidak merata dan dengan suhu yang
terlalu tinggi atau proses yang terlalu lama akan membuat selongsong rusak atau
pecah. Oleh karena itu, selama proses pemasakan berlangsung dilakukan
pencatatan yang akurat mengenai suhu (dengan memasukan thermometer pada sosis)
dan waktunya. Hasil akhir yang diperoleh yaitu produk sosis matang, sosis tidak
keriput, sosis tidak gosong dan warna merata tidak belang.
8. Pengemasan
Pada
saat pengemasan pengawasan yang dilakukan adalah dengan mengecek gramatur
tiap jenis produk, mengamati visual produk meliputi warna, rasa, aroma,
tekstur, suhu maksimal 15º C, pH 5,8 – 6,5, panjang produk standar. Bila
gramatur ataupun panjang produk tidak memenuhi standar maka produk dipisahkan
untuk di rework selain itu dilakukan
pengecekan kemasan yaitu kemasan tidak rusak, tercantum expired date / pack on, terdapat etiket nama, barcode, label halal,
tidak bocor, seal sempurna. Serta dilakukan pengecekan suhu ruangan pengemasan
yaitu tidak boleh lebih dari 18º C.
.. Pengawasan
Mutu Produk Akhir
Pengujian
kualitas produk akhir meliputi warna, bau dan rasa normal sesuai selera
konsumen, ukuran dan berat masing-masing produk seesuai standar, kemasan produk
tidak bocor, label pada kemasan terpasang dengan tepat, dilakukan analisa
mikrobiologi yang meliputi pengujian TPC (Total
Plate Count), E. Coli (golongan Coliform). Produk tersebut kemudian
disimpan di dalam gudang baik gudang chiller
maupun gudang frozen. Yang
diamati adalah apakah terjadi kerusakan secara fisik seperti terjadinya lender
dan kebocoran kemasan dll.
Pengawasan
yang dilakukan dalam gudang antara lain :
1. Penumpukan tidak boleh terlalu
banyak maupun terlalu tinggi (maksimal 5 pack untuk kemasan 1.0 Kg, 10 pack
untuk kemasan retail pack Hal ini dilakukan agar kerusakan dapat diatasi dan
sirkulasi udara dingin dapat lebih merata.
2. Penumpukan harus rapi dan teratur
agar ruangan-ruangan dapat memuat produk sesuai dengan kapasitasnya. Setiap tumpukan
terdiri dari 1 jenis produk sehingga akan memudahkan dalam pengambilannya.
3.
Suhu dan kelembaban
ruangan harus selalu terkontrol.
4. Waktu penyimpanan harus diketahui
5. Cara pengambilan dilakukan dengan
system FIFO (First In First Out).
Produk
yang mengalami kerusakan digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
1. Produk Repack
Yaitu
hanya mengalami kerusakan kemasan (bocor, kemasan tidak rapi, dll) tetapi
produk tidak mengalami kerusakan. Produk yang mengalami kerusakan kemasan ini
biasanya berair. Penanganan yang dilakukan adalah dengan mengganti kemasan yang
bocor dengan kemasan yang baru dan sebelumnya produk dicelupkan dalam larutan desinfectan (food grade).
2. Produk Rework
Yaitu
produk yang mengalami kerusakan tapi masih bisa diproduksi lagi. Produk
dikatakan rework bila tidak memmenuhi
standar berat dan panjang, ukuran tidak seragam, warna tidak merata, cacat,
berair tetapi masih utuh dan dapat diproduksi lagi (belum ada perubahan rasa).
3. Produk Out (Rusak parah)
Yaitu
produk yang mengalami kerusakan dan tidak bisa dikonsumsi lagi sehingga harus
dibuang. Produk dikatakan out
bila produk busuk, berbau dan berasa asam serta berlendir atau berjamur.
Penanganan yang dilakukan adalah dengan membuang produk tersebut dan
digolongkan dalam limbah padat.
3. Penanganan Limbah Perusahaan Tempat PI
Limbah
merupakan bahan yang dihasilkan oleh suatu industri atau pabrik selain produk
utama. Penanganan yang dilakukan mencakup pengolahan dan pemantauan lingkungan
perusahaan. Pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk mengendalikan system
pengelolaan limbah sisa produksi dengan baik dan benar sehingga limbah tersebut
tidak berbahaya dan tidak berpengaruh buruk bagi masyarakat di sekitar
lingkungan perusahaan. Limbah yang dihasilkan PT. KEMFOOD digolongkan menjadi 3
macam yaitu :
1. Limbah
Padat
Limbah
padat yang dihasilkan berupa sisa-sisa potongan daging, plastic dan kardus
bekas pengemas daging dan bahan lain. Penanganan yang dilakukan adalah dengan
mengumpulkan limbah tersebut ke dalam keranjang sampah yang telah disediakan di
ruang produksi.
Limbah-limbah
tersebut kemudian dipisahkan menurut jenisnya.dan dikumpulkan menjadi satu
pada tempat sampah yang terletak di halaman depan dan akan diambil oleh petugas
dari Dinas Kebersihan.
2. Limbah
Cair
Limbah
cair yang dihasilkan berasal dari sisa-sisa cairan pada saat proses berlangsung
dan air bekas cucian mesin atau peralatan dan lantai. Penangan yang dilakukan
untuk menangani limbah cair tersebut adalah dengan mengolah limbah tersebut
menggunakan Lumpur aktif yang hasilnya berupa air bersih untuk kolam ikan.
Adapun proses penanganannya adalah :
a.
Limbah cair yang berasal dari ruang produksi dialirkan melalui
lubang-lubang pembuangan yang dilengkapi dengan ember yang telah dilubangi agar
air bisa lolos dan limbah padat yang berukuran bear akan tersaring. Limbah cair
dan padat yang berukuran kecil dialirkan melalui selokan-selokan ke bak
pengontrol.
b.
Pada bak pengontrol, limah padat yang berukuran kecil diendapkan dan
limbah cairnya akan ditampung. Di atas bak pengontrol diletakkan saringan yang
mempunyai lubang dengan diameter kecil. Tujuannya untuk menyaring limbah padat
yang tidak tersaring atau yang lolos pada saringan ember. Air dalam bak
pengontrol kemudian ditambahkan NaOH dan diaduk. Penambahan NaOH bertujuan
untuk mengatur pH menjadi 8-9 dengan tujuan agar Lumpur aktiv (sludge) dapat bekerja aktif.
c.
Dari bak penampung cairan limbah kemudian dialirkan melalui pipa mesin
penyedot ke tangki I dan II. Tangki
ini mempunyai fungsi yang sama yaitu tempat aerasi dan pengendapan. Pada tangki
tersebut juga ditambahkan lumpur aktif sebanyak 30% dari volume tangki yang
mengandung bakteri pengurai sehingga mempercepat proses pengendapan. Pada
tangki ini juga terjadi pengadukan dengan cara memberikan aerasi yang
dipompakan dari mesin kompresor sehingga bakteri pengurai dapat bekerja secara
efektif. Proses pengendapan ini membutuhkan waktu 4-5 jam.
d.
Dari tangki I dan II limbah cair yang agak jernih dialirkan ke tangki
III yang berfungsi untuk mengendapkan sisa lumpur yang masih terbawa air dari
tangki I dan II.
Setelah dari tangki III limbah
dialirkan ke tangki IV yang berisi arang aktif, kerikil dan pasir sebagai
penyaring kotoran yang halus dan tidak terlihat serta untuk menyaring
bau. Air yang keluar dari tangki ini sudah jernih dan dialirkan ke kolam ikan
yang berfungsi sebagai indicator kebersihan limbah. Dan akhirnya akan keluar ke
selokan indicator kebersihan limbah. Dan akhirnya akan keluar ke selokan
indicator kebersihan limbah. Dan akhirnya akan keluar ke selokan-selokan
sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Pemantauan limbah dilakukan setiap
hari meliputi kadar DO, COD, dan pH untuk mengetahui apakah air limbah tersebut
layak untuk dibuang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Octopus Clock
Cuteki Galery Zone
0 komentar:
Posting Komentar